Franz Magnis-Suseno SJ
Bahwa Jakarta dan sekitarnya dalam keadaan darurat tidak perlu diuraikan lagi. Masalahnya , apa yang sanggup dilakukan untuk mengatasinya? Penulis tidak memiliki keahlian dalam hal kemudian lintas , apalagi dalam hal kontrol banjir. Maka , saya hanya ingin mengajukan beberapa pertimbangan sederhana yang barangkali juga ada di hati banyak warga DKI Jakarta.
Tidak perlu diragukan bahwa bila mass rapid transit (MRT) sudah tersedia , situasi kemudian lintas di DKI Jakarta bakal mengalami perbaikan sangat berMakna. Begitu pula bila terowongan multifungsi sudah jadi , banjir di Jakarta niscaya bakal berkurang.
Stop Proyek Raksasa
Masalahnya , dua proyek raksasa tersebut gres bakal mulai berfungsi setelah sekian tahun. Terowongan multifungsi niscaya perlu waktu sekurang-kurangnya empat tahun (kalau terowongan itu mau multifungsi , beliau merupakan bangunan kompleks dan betul-betul mahal) untuk membangunnya. Apalagi , MRT.
Kereta di bawah tanah bagi negara-negara kaya pun hampir tak terbayarkan (serta kemudian memerlukan subsidi kontinu). Proyek super mahal itu bakal menyedot sebagian besar dana yang tersedia bagi pembangunan infrastruktur di DKI.
Saya tidak percaya bahwa MRT (bahkan bab pertama yang hingga Hotel Indonesia) sanggup digunakan sebelum tahun 2019. Padahal , berdasarkan para andal kemudian lintas di Jakarta , paling lambat (!) ibu kota bakal lumpuh di tahun 2014 tanggapan beban volume kendaraan!
Berbuat Sekarang
Maka , maaf , dua proyek raksasa itu plus enam jalan tol dalam kota harus dicoret untuk sementara waktu. Kok Gubernur Joko Widodo (Jokowi) cepat sekali berkapitulasi alias menyerah. Sekarang beliau malah mau mempertimbangkan untuk mengadopsinya dengan melawan pandangan banyak andal kompeten. Mengingat keadaan DKI sudah darurat , seluruh dana yang tersedia harus digunakan untuk menstabilkan Jakarta dulu.
Adakah solusi jangka pendek? Tentu saja ada , meski terang tidak tepat , dan bukan jangka panjang. Namun , mengabaikan perbaikan kecil-kecilan yang ternyata mungkin dan efektif demi tiga proyek yang manfaatnya—kalau memang ada—baru bakal dirasakan setelah sekian tahun yaitu perbuatan tidak bertanggung jawab.
Kemacetan
Dua hal berikut sanggup eksklusif dimulai untuk mengurangi kemacetan. Pertama , optimalkan busway dan fungsikan semua jalur busway yang sudah direncanakan! Disterilkan tanpa ampun! Disediakan cukup banyak bus semoga setiap tiga menit ada bus lewat! Perluas manfaat jalur busway dengan mengizinkan penggunaannya oleh kendaraan umum yang memenuhi syarat (katanya sudah menjadi rencana).
Kedua , kembangkan semua jalur kereta api (KA) dalam kota menjadi kereta cepat dalam kota (KCDK) di seluruh Jabotabek. Untuk itu , pertama-tama semua jalur KA perlu diangkat , ibarat jalur Gambir. Tidak boleh lagi ada crossing jalur KA dengan jalan. Itu tidak sulit alasannya yaitu tanah dan teknologi sudah tersedia. Tentu perlu dibangun stasiun secukupnya dengan tujuan semoga di antara Bekasi , Depok , Tangerang , dan DKI setiap tiga menit ada kereta lewat di kedua arah.
Fungsikan Stasiun Manggarai untuk KA ke luar Jabotabek , seperlunya dengan rel bertingkat semoga tidak mengganggu KCDK. Ciptakan integrated ticket system. Dan , berdiri kini juga jalur KCDK Jakarta—Soekarno-Hatta—(dan hingga Kota) Tangerang.
Lantas sanggup diambil beberapa tindakan penunjang. Direncanakan angkutan umum yang menghubungkan busway dengan sistem KCDK. Dipertimbangkan kembali realisasi monorel yang pilar-pilarnya sudah ada.
Dan dengan menggunakan ”metode halus Jokowi”—direncanakan jalan-jalan dengan kaki
lima sedemikian nyaman sehingga orang sanggup berjalan lancar di atasnya semoga orang Jakarta berguru lagi bahwa jarak hingga satu kilometer sanggup ditempuh dengan jalan kaki.
Banjir
Baru saja di harian ini dicatat lengkap sekian langkah kasatmata yang sanggup diambil dan niscaya bakal sangat terasa. Memang , dalam jangka panjang , dua bahaya harus ditangani , air kiriman dari selatan dan problem sebagian tanah Jakarta sudah di bawah permukaan bahari , tetapi masih turun juga dan air bahari niscaya bakal naik.
Dua tantangan raksasa di sini tidak dimasuki. Yang sudah ditulis di harian ini tidak perlu diulang di sini. Cukup bila kita berpegang tegas pada prinsip bahwa proyek besar jangka panjang ditunda dulu Agar segenap dana sanggup digunakan untuk mengambil langkah-langkah kasatmata nyata yang eksklusif bakal terasa ini.
Sekadar untuk diringkas saja , asal semua susukan air yang ada , atau segera sanggup diadakan , difungsikan sepenuhnya , diadakan polder , dan sebagainya , maka sebagian besar banjir , terutama semua banjir tanggapan hujan deras di Jakarta , sanggup diatasi. Yang penting , gubernur melibatkan wali kota , ketua RW , dan ketua RT.
Mereka harus dibentuk bertanggung jawab dengan bahaya dipecat semoga semua susukan di wilayah masing-masing selalu higienis dari sampah dan endapan. Untuk setiap susukan besar kecil satu-satu ditetapkan wali kota , ketua RW , dan ketua RT mana yang eksklusif bertanggung jawab.
Model tanggung jawab itu sudah digunakan dengan sukses di beberapa daerah dalam hal penghijauan. Pembersihan sungai dari perumahan harus dilaksanakan dengan ”trik Jokowi” , dan perlu disediakan biaya banyak semoga puluhan ribu insan sanggup dipindahkan setrik manusiawi.
Pengumpulan sampah sanggup dan perlu diperbaiki sedemikian rupa hingga masyarakat tidak perlu membuangnya eksklusif ke saluran. Kesimpulannya , tunda dulu segala atrik persiapan MRT , terowongan multifungsi , jalan tol dalam kota , dan proyek raksasa lain , tetapi pakailah dananya untuk tindakan-tindakan relatif sederhana untuk memfungsikan sepenuhnya apa yang sudah ada.
Franz Magnis-Suseno SJ , Guru Besar Emeritus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Jakarta Darurat"