Dalam dunia yang mengglobal , batas negara semakin samar. Agar tetap hidup , setiap negara mesti bergantung dan berafiliasi yang baik—fisik dan antarwarga negara¬—adalah kunci untuk berkembang.
Itu disadari Indonesia dengan menempatkan konektivitas sebagai satu dari tiga prioritas yang ingin dicapai ketika menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) tahun ini.
Di Indonesia keterhubungan antarwilayah penting , tetapi belum terselesaikan. Infrastruktur fisik bakal meningkatkan produktivitas ekonomi nasional—keuangan , pangan , dan energi—selain mempermudah kemudian lintas orang. Konektivitas di antara ekonomi anggota APEC bakal mengakibatkan ekonomi tempat Asia Pasifik lebih berdaya saing dan sentra pertumbuhan dunia. Lima gagasan diusulkan mengakibatkan Asia Pasifik lokomotif pertumbuhan dunia.
Pertama , pengembangan kerangka kerja konektivitas sebagai visi jangka panjang di Asia Pasifik. Kedua , penyusunan planning tahun jamak demi mendorong pembangunan infrastruktur di tempat melalui sinergi antarforum utama APEC. Ketiga , penyusunan planning kerja untuk memfasilitasi mobilitas personel tanggap tragedi di tempat Asia Pasifik. Keempat , pengembangan planning kerja sektor pendidikan untuk memudahkan mobilitas siswa , peneliti , dan penyedia jasa pendidikan. Kelima , konektivitas di sektor pariwisata berupa pembahasan fasilitasi perjalanan bagi wisatawan.
Dengan penitikberatan ini , diperlukan tahun 2030 Asia Pasifik terintegrasi dan terhubung setrik fisik , kelembagaan , dan antarwarga. Keterhubungan ekonomi anggota APEC juga dirancang bersinergi dengan jadwal konektivitas yang dikembangkan organisasi di tempat atau organisasi ekonomi lain , ibarat ASEAN dan G-20. Khusus bagi Indonesia , konektivitas APEC diselaraskan dengan konektivitas Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu kunci menjamin konektivitas setrik fisik. Laporan Kerja Bank Pembangunan Asia (ADB) 2010 perihal Pembiayaan Infrastruktur Asia menyebutkan bahwa dibutuhkan sekitar 8 triliun dollar AS untuk pembangunan infrastruktur di tempat ini dan 300 miliar dollar AS untuk pembangunan infrastruktur lintas perbatasan.
Sarana infrastruktur yang baik ini bakal memudahkan kemudian lintas barang dan jasa , meningkatkan efisiensi biaya , serta memperpendek waktu pasokan barang untuk kebutuhan perdagangan. Laporan APEC 2009 perihal Inisiatif Konektivitas Rantai Suplai menyebutkan bahwa tiap 10 persen peningkatan efisiensi pengangkutan barang antara perbatasan ekonomi APEC bakal memberi untung 21 miliar dollar AS.
Visi Indonesia dan APEC
Penyusunan planning pembangunan tahun jamak untuk infrastruktur diperlukan melahirkan cetak biru investasi. Namun , disadari , kemampuan pemerintah dalam ekonomi anggota APEC untuk pembangunan infrastruktur tak merata. Peran swasta amat penting , yang di lingkungan APEC dirancang membentuk tolok ukur tata laksana yang baik perihal keterkaitan pemerintah dan swasta.
Di lingkungan ASEAN , yang 7 dari 10 anggotanya juga anggota APEC , dana pembangunan infrastruktur ASEAN 596 miliar dollar AS dalam kurun 2006-2015 , atau 60 miliar dollar AS per tahun. Pada 2020 diperlukan terkumpul 3 ,6 miliar dollar AS untuk pembangunan infrastruktur di tempat ASEAN yang berasal dari pemerintah anggota , pertolongan ADB , dan sektor swasta.
Untuk itu , ada empat penitikberatan area kerja yang menuntun menuju terciptanya konektivitas itu , antara lain , membuat iklim yang mendukung melalui penyusunan regulasi berpengaruh untuk meningkatkan pMaknasipasi swasta dalam proyek infrastruktur. Juga berbagi pembiayaan yang aman bagi investor jangka panjang , kemudian meningkatkan kapasitas pemerintah merencanakan proyek infrastruktur yang sanggup dibiayai sektor bank.
Kondisi geografis negara anggota APEC di lingkar Pasifik yang rentan tragedi butuh tanggap tragedi yang cepat , efektif , dan efisien. Diperlukan mekanisme mobilitas personel tanggap tragedi untuk mengurangi penderitaan korban. Konektivitas antarwarga bakal lebih baik dengan penyusunan planning kerja di sektor pendidikan dan pariwisata yang memudahkan interaksi warga.
Konektivitas APEC bakal membuka kesempatan lebih besar serta saluran pasar untuk produk-produk Indonesia. Konektivitas yang lebih bersahabat dengan ekonomi di tempat Asia Pasifik sanggup meningkatkan kapasitas industri Indonesia. Dengan itu , Indonesia seharusnya bisa bersaing , bergabung dengan jaringan produksi global.
Namun , ada catatan penting. Wilayah Indonesia yang bakal dikembangkan bakal memilih sentra pertumbuhan. Visi keterhubungan wilayah Indonesia tak boleh kalah oleh kepentingan keterhubungan APEC: memperlebar ketimpangan kemakmuran antarwilayah yang sekarang akut.
Itu disadari Indonesia dengan menempatkan konektivitas sebagai satu dari tiga prioritas yang ingin dicapai ketika menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) tahun ini.
Di Indonesia keterhubungan antarwilayah penting , tetapi belum terselesaikan. Infrastruktur fisik bakal meningkatkan produktivitas ekonomi nasional—keuangan , pangan , dan energi—selain mempermudah kemudian lintas orang. Konektivitas di antara ekonomi anggota APEC bakal mengakibatkan ekonomi tempat Asia Pasifik lebih berdaya saing dan sentra pertumbuhan dunia. Lima gagasan diusulkan mengakibatkan Asia Pasifik lokomotif pertumbuhan dunia.
Pertama , pengembangan kerangka kerja konektivitas sebagai visi jangka panjang di Asia Pasifik. Kedua , penyusunan planning tahun jamak demi mendorong pembangunan infrastruktur di tempat melalui sinergi antarforum utama APEC. Ketiga , penyusunan planning kerja untuk memfasilitasi mobilitas personel tanggap tragedi di tempat Asia Pasifik. Keempat , pengembangan planning kerja sektor pendidikan untuk memudahkan mobilitas siswa , peneliti , dan penyedia jasa pendidikan. Kelima , konektivitas di sektor pariwisata berupa pembahasan fasilitasi perjalanan bagi wisatawan.
Dengan penitikberatan ini , diperlukan tahun 2030 Asia Pasifik terintegrasi dan terhubung setrik fisik , kelembagaan , dan antarwarga. Keterhubungan ekonomi anggota APEC juga dirancang bersinergi dengan jadwal konektivitas yang dikembangkan organisasi di tempat atau organisasi ekonomi lain , ibarat ASEAN dan G-20. Khusus bagi Indonesia , konektivitas APEC diselaraskan dengan konektivitas Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu kunci menjamin konektivitas setrik fisik. Laporan Kerja Bank Pembangunan Asia (ADB) 2010 perihal Pembiayaan Infrastruktur Asia menyebutkan bahwa dibutuhkan sekitar 8 triliun dollar AS untuk pembangunan infrastruktur di tempat ini dan 300 miliar dollar AS untuk pembangunan infrastruktur lintas perbatasan.
Sarana infrastruktur yang baik ini bakal memudahkan kemudian lintas barang dan jasa , meningkatkan efisiensi biaya , serta memperpendek waktu pasokan barang untuk kebutuhan perdagangan. Laporan APEC 2009 perihal Inisiatif Konektivitas Rantai Suplai menyebutkan bahwa tiap 10 persen peningkatan efisiensi pengangkutan barang antara perbatasan ekonomi APEC bakal memberi untung 21 miliar dollar AS.
Visi Indonesia dan APEC
Penyusunan planning pembangunan tahun jamak untuk infrastruktur diperlukan melahirkan cetak biru investasi. Namun , disadari , kemampuan pemerintah dalam ekonomi anggota APEC untuk pembangunan infrastruktur tak merata. Peran swasta amat penting , yang di lingkungan APEC dirancang membentuk tolok ukur tata laksana yang baik perihal keterkaitan pemerintah dan swasta.
Di lingkungan ASEAN , yang 7 dari 10 anggotanya juga anggota APEC , dana pembangunan infrastruktur ASEAN 596 miliar dollar AS dalam kurun 2006-2015 , atau 60 miliar dollar AS per tahun. Pada 2020 diperlukan terkumpul 3 ,6 miliar dollar AS untuk pembangunan infrastruktur di tempat ASEAN yang berasal dari pemerintah anggota , pertolongan ADB , dan sektor swasta.
Untuk itu , ada empat penitikberatan area kerja yang menuntun menuju terciptanya konektivitas itu , antara lain , membuat iklim yang mendukung melalui penyusunan regulasi berpengaruh untuk meningkatkan pMaknasipasi swasta dalam proyek infrastruktur. Juga berbagi pembiayaan yang aman bagi investor jangka panjang , kemudian meningkatkan kapasitas pemerintah merencanakan proyek infrastruktur yang sanggup dibiayai sektor bank.
Kondisi geografis negara anggota APEC di lingkar Pasifik yang rentan tragedi butuh tanggap tragedi yang cepat , efektif , dan efisien. Diperlukan mekanisme mobilitas personel tanggap tragedi untuk mengurangi penderitaan korban. Konektivitas antarwarga bakal lebih baik dengan penyusunan planning kerja di sektor pendidikan dan pariwisata yang memudahkan interaksi warga.
Konektivitas APEC bakal membuka kesempatan lebih besar serta saluran pasar untuk produk-produk Indonesia. Konektivitas yang lebih bersahabat dengan ekonomi di tempat Asia Pasifik sanggup meningkatkan kapasitas industri Indonesia. Dengan itu , Indonesia seharusnya bisa bersaing , bergabung dengan jaringan produksi global.
Namun , ada catatan penting. Wilayah Indonesia yang bakal dikembangkan bakal memilih sentra pertumbuhan. Visi keterhubungan wilayah Indonesia tak boleh kalah oleh kepentingan keterhubungan APEC: memperlebar ketimpangan kemakmuran antarwilayah yang sekarang akut.
Redaksi Kompas
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Membangun Daya Saing"