Ali Khomsan
Untuk meredam gejolak harga , pemerintah menentukan jalan termudah dengan impor pangan. Sejatinya , apabila setiap kali muncul dilema pangan solusinya hanya impor , maka Maknanya pemerintah semakin tidak peduli kepada nasib petani.
Seorang sarjana IPB yang sekarang menjadi petani mengeluh di rubrik opini Kompas. Menurut beliau , apabila petani hendak menikmati harga beras yang tinggi , pemerintah segera menetapkan kebijakan untuk operasi pasar sehingga harga anjlok kembali dan petani (padi) kembali gigit jari.
Tahun 1970-an kesejahteraan petani dan tenaga kerja industri tidak begitu jauh berbeda. Namun , sekarang , kesenjangannya begitu besar. Industri melaju jauh lebih cepat dibandingkan sektor pertanian. Serapan tenaga kerja pertanian memang bertambah , tetapi bahwasanya pertanian kita hanya dijejali dengan petani gurem sehingga alhasil sektor pertanian menjadi penyumbang kemiskinan yang signifikan.
Kesejahteraan petani sampai sekarang masih merupakan mimpi. Ada pemeo yang menyampaikan , jikalau ingin hidup tenteram , jadilah petani; jikalau ingin dihormati , jadilah pegawai negeri; dan jikalau ingin kaya , jadilah pedagang. Kenyataannya sekarang petani tak bisa hidup tenteram lantaran kemelaratan , pegawai negeri tak dihomati lantaran korupsi , dan pedagang pun banyak gulung tikar lantaran produknya tak bisa bersaing dengan produk impor.
Petani tidak makmur
Kita yang selalu besar hati mengklaim diri sebagai bangsa agraris ternyata tidak pernah meraih kemakmuran dari pertanian. Berdasarkan Global Food Security Index 2012 , indeks ketahanan pangan Indonesia sudah di bawah 50 (skor antara 0-100) dan berada di urutan ke-64 dari 105 negara. Posisi kebanyakan negara tetangga , menyerupai Malaysia , Thailand , Vietnam , Filipina , dan China , lebih baik daripada Indonesia.
Negara-negara industri maju sekalipun tak mengabaikan dilema pangan ini , segimana terlihat dari skor mereka yang tinggi. Misalnya Amerika Serikat dengan skor 89 ,5 dan berada di posisi puncak. Jepang dan Korea pun berada pada posisi terhormat , masing-masing ke-16 dengan skor 80 ,7 dan ke-21 dengan skor 77 ,8.
Salah satu teori ihwal kelaparan menyebutkan bahwa hunger yakni peristiwa kemanusiaan yang sanggup terjadi bilamana rumusan kebijakan pertanian tidak tepat. Kebijakan pertanian yang sempurna yakni kebijakan yang berpihak kepada petani. Oleh lantaran itu , kebijakan di bidang ini terlebih dahulu harus digodok dengan matang dan diperhatikan imbas positif-negatifnya , baik bagi petani maupun masyarakat.
Kebijakan pertanian bakal menyangkut nasib jutaan petani. Oleh alasannya yakni itu , kebijakan yang keliru bakal menjadikan penderitaan dan kesengsaraan yang tidak tidak mungkin bakal meningkatkan jumlah orang miskin di Indonesia.
Kebijakan pengentasan warga dari kemiskinan bakal tanpa hasil lantaran imbas positifnya tertutup oleh imbas negatif kebijakan lain yang tidak tepat. Kerja keras pemerintah bakal tampak nihil lantaran orang miskin tidak berkurang , tetapi justru bertambah.
Berdayakan petani
Fokus pembangunan pertanian yakni keberdayaan petani , daya saing produk , dan kelestarian lingkungan. Inilah paradigma gres pertanian di masa ke-21. Employment shifting diharapkan untuk memberdayakan petani. Beban sektor pertanian dengan jutaan petani gurem harus dikurangi Tanpa employment shifting , yang terjadi yakni penggureman para petani , yang berMakna makin terpuruknya petani kita.
Daya saing produk pertanian harus selalu diperbaiki. Hasil penelitian lembaga-lembaga riset pertanian di Indonesia yang jumlahnya sangat banyak dan setiap tahun menyerap anggaran cukup besar harus dimanfaatkan.
Arahkan penelitian untuk lebih banyak menghasilkan karya terapan yang bisa eksklusif diimplementasikan di lapangan oleh petani-petani kita. Jangan lagi menumpuk laporan hasil riset lantaran petani Indonesia perlu segera disejahterakan.
Menyangkut kelestarian lingkungan , sudah saatnya pemerintah memberi apresiasi kepada petani-petani yang mempraktikkan contoh pertanian ramah lingkungan. Pemanfaatan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pestisida bakal lebih baik bagi lingkungan hidup. Sebab , kita hidup bukan hanya untuk diri kita ketika ini , melainkan juga untuk anak cucu kita puluhan atau ratusan tahun mendatang.
Rusaknya lingkungan berMakna hancurnya kehidupan di masa datang. Maka , kita sebagai generasi ketika ini bakal terus dikutuk apabila tidak berusaha menerapkan trik hidup yang lebih erat terhadap lingkungan.
Dengan memperhatikan persoalan-persoalan besar yang bakal muncul , apabila pemerintah salah membuat kebijakan yang menyangkut nasib petani , bangsa ini harus memiliki grand design ihwal pembangunan pertanian yang menguntungkan petani dan tidak menyengsarakan rakyat.
Sektor pertanian yakni andalan bangsa kita. Oleh alasannya yakni itu ciptakan kemakmuran bangsa melalui pembangunan pertanian yang tepat. Diharapkan kebijakan pertanian di masa tiba bisa lebih fokus pada usaha-usaha memperbaiki kesejahteraan para pelaku pertanian lantaran sudah sangat usang para petani memimpikan hidup yang lebih sejahtera.
Ali Khomsan Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
0 Response to "Kumpulan Opini Kompas: Peduli Petani"